Cahaya kemilau, asap bersulfur dan ledakan-ledakanberuntun semuanya bersatu tergabung dala, penampakan kembang api piromaniak. Ledakan berkilau ini berasal dari Cina dan penemuan menggairahkan ini berkembang lebih dari tahunan untuk menciptakan roket dan roda Catherine yang kita kenal dan cintai sekarang ini.
FireworksPhoto: Jeff Golden |
FireworksPhoto: Maddy Cozins |
FireworksPhoto: Robbie Biller |
FireworksPhoto: William Warby |
FireworksPhoto: Masaaki Komori |
Ketika kembang api meledak, oksidan akan melepaskan oksigen, yang dikombinasikan dengan agen reduktor (karbon dan sulfur) untuk menghasilkan energi setelah ledakan. Makin banyak oksigen dan oksidan yang dilepaskan, makin panas pula ledakan yang terjadi. Dan ledakan yang panas berarti makin cerah dan kuat warna yang dihasilkan. Beberapa bahkan ada yang mencapai 2.000 derajat C (3.632 derajat F). Warna berbeda-beda yang dihasilkan tergantung pada garam logam manakah yang dilibatkan dalam pembuatan stars. Merah dihasilkan dari litium karbonat dan garam stronsium, sedangkan magnesium, aluminium atau titanium menghasilkan warna perak.
Tiga baha terakhir yang disebutkan di atas juga menambah kecemerlangan ledakan kareng mereka mengeluarkan cahaya yang luar biasa terang. Binder akan mengunci stars itu bersama-sama, membuatnya menjadi lebih stabil (tidak mudah terbakar saat tidak dibakar). Gum arabic dan pati yang disebut dekstrin adalah contoh agen binder. Secara alami, ini merupakan pengenalan proses rumit dan sulit pembuatan kembang api, tetapi kita dapat berterima kasih kepada bangsa Cina kuno yang membawa semua cahaya dan warna ini ke dunia kita untuk membuat selebrasi menjadi lebih semarak!
Referensi:
1) http://chemistry.about.com/od/historyofchemistry/a/fireworkhistory.htm
2) http://scifun.chem.wisc.edu/chemweek/fireworks/fireworks.htm
3) www.chm.bris.ac.uk/webprojects1997/RebeccaH/
4) http://www.environmentalgraffiti.com/chemistry/news-explosively-cool-chemistry-behind-fireworks