Lava di Nyiragongo tersusun atas bebatuan vulkanik yang kaya alkali; komposisi yang tidak biasa ini yang menyebabkan fluiditas lavanya.
|
Photo: Carsten Peter/National Geographic |
Nyiragongo memiliki ketinggian lebih dari 2 mil di atas permukaan laut dan terlet
ak di bagian timur Republik Demokrasi Kongo (RDK) dan adalah gunung berapi paling berbahaya di Afrika, kalo bukan di dunia. Hal ini menjadi sesuatu yang besar karena erupsi selanjutnya dalat menyebabkan kota-kota di sekitar Goma menjadi seperti Pompeii, diselimuti debu dan bebatuan cair - hanya beberapa orang saja dari jutaan orang yang berhasil bertahan hidup pada jalur ganasnya lava.
Fotografer terkenal dunia, Carsten Peter masuk ke dalam bagian ekspedisi National Geographic baru-baru ini untuk mengunjungi gunung berapi ini dan mengukur aktivitas gasnya supaya setidaknya bisa diprediksi kapankah gerangan letusan selanjutnya bakalan terjadi. Kematian tidaklah begitu jauh dari gunung berapi ini, kareng salah seorang peneliti berkata, "Kamu muda sekali mati di sini". Seorang turis meninggal pada tahun 2007; dia terjatuh ke gunung berapi ini. Gunung berapi ini sudah pernah menagalami erupsi dua kali dalam 25 tahun terakhir ini, terakhir pada tahun 2002, ketika semburan lava dari celah-celah gunung menuruni lereng-lereng langsung menuju Goma - memaksa 350.000 penduduknya untuk mengungsi dan menyapu bersih segala yang ada di kota tersebut.
Sejakkerusuhan sipil di RDK, lebih banyak lagi orang-orang yang ada di kota Goma, beberapa pengungsi yang tidak tahu menahu Nyiragongo bisa melakukan apa saja, beberapa orang yang lain yang mengalami kedahsyatan gunung berapi itu tetapi sehari-harinya berjuang mendahulukan hidupnya seraya khawatir tentang bayang-bayang gunung itu sendiri. Sebanyak 14 desa, sekitar 80% distrik bisnis dan lapangan udara Goma hancur luluh lantak pada erupsi yang terakhir. Ratusan hingga ribuan orang mengungsi ke Rwanda.
|
Photo: Carsten Peter/National Geographic |
Dengan temperatur sekitar 1800°F, kawah lava tampak tak menentu dan liar. Ketika bebatuan cair bertamu dengan udara, dia mendingin dan membentuk lapisan pada permukaan kawah.
Pada pertunjukan "Manusia vs Gunung Berapi", yang disiarkan oleh National Geographic Channel pada tanggal 7 April 2001, Anda bisa menyaksikan Carsten Peter berusaha mendapatkan gambar di bibir gunung berapi. Kami sempat berbicara dengan Carsten mengenai pengalaman menakjubkannya. Satu dari pertanyaan membara yang kami ajukan adalah sampai sedekat apa dia ada di bibir kawah lava yang menggelegak di dalam Nyiragongo. Carsten menjawab, "Saya benar-benar ada di bibir kawah" sampai kami mengeluarkan pekik ketakutan mendengar jawabannya. "Maksudmu, Anda bisa menyentuhnya dengan tangan Anda?" tanya kami. "Hmm...faktanya adalah, di sana panasnya sangat membara dan ketika saya mendaki bibir kawah, saya tidak memakai pakaian termal...jadi saya terpapar panas luar biasa dan tidak bisa berlama-lama di sana. Bagi saya, pemandangan yang sejenak itu sudah sangat menakjibkan dan tak terlupakan."
Sekarang hal yang patut diingar adalah adanya "rembesan' yang terkenal, di mana lava cair keluar melalui puncak sehingga posisinya sewaktu-waktu dapat berpindah. Kami tidak akan pergi ke daerah berpotensi bahaya itu, tepian yang dapat retak kalau ada manusia yang berpijak di atasnya.
Carsten mengatakan, "Ini adalah ketiga kalinya saya ada di Nyiragongo. Saya merasa kurang atau lebih tahu dari apa yang saya harapkan. Tetapi, ini adalah pertama kalinya saya melihat kawah lava. Saat itu cukup dalam ternyata, sekitar 800 meter di bawah sana, dan sekarang yang ada adalah kawah raksasa...saya menyuakinya. Anda akan merasa terhipnotis. Anda ingin duduk di tepian dan mengamati sepanjang yang Anda inginkan, yang ternyata tidak mungkin. Banyak awan di sana. Awalnya visibilitas setengahnya lumayan. Anda bisa melihat sedikit, tapi tidak cukup banyak. Jika awan tidak ada, pemandangannya menjadi luar biasa - tergantung pada waktu juga sih. Makin lama, pemandangan makin berpendar dan Anda akan mulai menyadari situasi di sekitar Anda dan Anda akan makin takjub. Selama siang hari, Anda dapat melihat kilauannya, tetapi tidak seimpresif saat senja ataupun malam hari."
|
Photo: Carsten Peter/National Geographic |
Anggota ekspedisi berjalan pada lantai kaldera lava yang sudah mendingin, tampak merah karena adanya kilau pantulan kawah. "Di bawah sana Anda akan merasakan gunung berapi itu", kata fotografer Carsten Peter. "Seperti ada gemuruh frekuensi rendah yang melewati tubuh Anda - seperti berada di dalam subwoofer raksasa."
Carsten menceritakan bahwa dia sebenarnya merasa lebih aman dengan gunung berapi ini daripada dengan gunung berapi yang mempunyai aliran piroklastik, meskipun keduanya berbahaya dan dapat merusakkan secara dahsyat. Dia mencontohkannya dengan mengatakan, "Jika Anda berkendara di dekat jurang dengan mobil atau truk, manakah yang paling berbahaya?'
Terlepas dari bahaya yang ada, Carsten menyatakan bahwa dia mendapatkan momen yang patut dikenang, dan sangat senang membaginya untuk kami, "Saya sangat suka situasi di hari pertama", jelasnya. "Para peneliti itu bergerak ke perkemahan puncak dan asisten saya juga sakit. Ketika mereka semua harus mendaki, saya serasa menguasai kawah ini sendirian di teras kedua. Saya menyukai situasi ini - menakjubkan - Anda merasa sangat terekspos dan di saat yang sama juga merasa sangat istimewa. Anda menikmati saat ini untuk diri Anda sendiri. Normalnya Anda harus menuruni gunung bersama-sama. Anda tidak bisa melakukannya sendirian: terlalu banyak yang harus dibawa, mengatur tali-tali, dan sebagainya. Itulah mengapa anda perlu grup. Di sisi lain, itu juga berarti saya mempunyai banyak masalah, kareng pada awalnya saya ingin mengabadikan proses para peneliti itu melakukan penelitiannya, tetapi mereka malah pergi."
|
Photo: National Geographic Television |
Momen kedua khusus bagi Carsten datang saat 'turun di teras ketiga, di bawah kawah lava'. Seperti yang ia ceritakan, "Kami menyadari bahwa kadang-kadang di tengah-tengah magma ada gas yang meletup-letup. Gas ini akan mengeluarkan frekuensi suara rendah yang dapat dirasakan oleh tubuh Anda tetapi tidak bisa didengar - sangat, sangat aneh". "Seperti perasaan ada gempa bumi?",tanya kami keheranan. "Ya, sepertinya bisa dirasakan oleh seluruh badan tapi Anda tidak bisa mendengarnya karena frekuensinya rendah, tetapi sangat kuat. Sangat menakjubkan. Kadang-kadang Anda merasakan kejutan-kejutan seperti ini. Anda tidak dapat menduga dari mana dia datang atau seperti apa bentuknya, seperti subwoofer raksasa".
|
Photo: Carsten Peter/National Geographic |
Fotografer Carsten Peter mengetes baju termal yang digunakan Sims untuk mendekati kawah lava. "Dia bisa melindungi Anda dari panas radian, tetapi jika Anda terkena cipratan lava, itu akan membunuh Anda", jelasnya. Untuk waktu 30 tahun, Peter telah mengeksplorasi gunung-gunung berapi di seluruh dunia. "Melihatnya dari dekat kekuatan primer yang membentuk planet dapat menghipnotis saya. Anda tidak akan mengizinkan diri Anda terkena mantera gunung berapi, terutama jika Anda sedang ada di Nyiragongo yang tidak bisa diprediksi. Ini bisa menjadi kesalahan fatal".
Satu dari banyak kesulitan yang mengelilingi Nyiragongo adalah memprediksi kapan erupsi selanjutnya bakal terjadi. Kami bertanya-tanya apakah ekspedisi ini dapat membantu dalam mendapatkan prediksi. Sepertinya hal ini memang akan membawa perubahan, tetapi kami membutuhnya setidaknya dua tahun ekspedisi. "Saya tidak akan menilai terlalu tinggi", kata carsten. "Monitoring yang lebih baik adalah satu-satunya cara untuk membantu. Masalahnya adalah, mereka mempunyai kesulitan di gunung berapi itu karena stasiun seismik biasanya langsung dicuri oleh orang oknum karena memang berharga. Jadi dapat dipastikan memang sangat sulit memonitor gunung berapi ini... Ya, intinya, hal ini akan membantu...apa yang kami lakukan. Para peneliti ini melakukan banyak pengambilan sampel dan pengukuran gas untuk mengetahui lebih baik gunung berapi ini".
|
Photo: National Geographic Television |
Carsten adalah eksplorer, petualang dan fotografer yang sempurna. Dia membagikan filosofinya ketika ditanya bidikan manakah yang paling sulit selama perjalanan ini, "Hmm...saya tidak melakukannya satu demi satu". "Dia melanjutkan, "Saya ingin menceritakan sebuah kisah, dan tentu saja ada yang paling mudah dan ada yang paling sulit. Maksud saya, semuanya memang harus cepat, dan mungkin tidak menjadi yang paling spektakuler, tetapi Anda akan berjuang setiap saat. Anda tidak pernah punya perasaan bahwa Anda akan berakhir. Maksud saya, itu adalah sikap umum saya: saya tidak tahu apakah sekarang sudah cukup untuk membuat cerita untuk National geographic; apakah saya perlu lebih? Anda tidak menanyakanannya; Anda akan bekerja sekuat tenaga. Kesulitan yang paling besar adalah cuaca. Kami pernah dapat cuaca yang sangat buruk. Hujan dan kabut dan berembut, dan Anda perlu keuletan untuk mendapatkan bidikan yang tepat.
|
Photo: National Geographic |
Dia menambahkan, "Tidak ada presipitasi dan visibilitas yang bagus dan semuanya harus ada bersama-sama, bukanlah hal yang mudah karena satu faktor selalu nihil. Dan kenyataannya selalu berbeda dari yang kau bayangkan. Anda harus benar-benar bekerja dan membuat suatu kompromi.... Anda harus benar-benar yakin yang terbaik. Anda mempunyai pandangan dan Anda tidak dapat mencapainya, jadi Anda mencoba meraihnya. Saya akan mengatakan akan selalu ada kejutan-kejutan, dan jika Anda menemukan sesuatu hal yang belum pernah Anda pikirkan sebelumnya, Anda harus mencoba dan mengelolanya. Anda harus bertindak sesuai dengan situasi. Anda juga harus bergerak cepat, dan menurut saya akan menjadi sesuatu yang bosan kalau itu semua tidak ada. Itu adalah inti pekerjaan saya - menjadi ingin tahu dan mengeksplorasi dunia. Ini adalah saat penentuan bagi saya. Anda ingin mengeksplorasi sesuatu yang baru, dan Anda ingin keluar dari zona nyaman Anda untuk mengalaminya".
Artikel ini berdasarkan cerita "World's Most Dangerous Volcano", in National Geographic's April 2011 issue.
"National Geographic Channel will air Man vs. Volcano on Thursday, April 7 at 10PM ET/PT as part of its signature event, Expedition Week, which features 13 new premieres over 7 straight nights. For more information, visit www.natgeotv.com/expedition."
To see more of Carsten Peter's breathtaking photography in other places, head to www.carstenpeter.com where you will find his full complement of work.
Referensi: http://www.environmentalgraffiti.com/news-nyirigongo-worlds-most-dangerous-volcano